selamat datang orang Indonesia!

Bangsa-bangsa yang maju melakukan setiap pekerjaan dengan semangat yang tinggi, rasa senang hati dan dengan gairah. Kalau kita menghadapi pekerjaan sebagai beban, maka tulang-tulang kita akan lebih dulu patah sebelum bekerja. Mari bekerja sama-sama untuk melindungi anak-anak dimanapun mereka berada .... suarakan dengan lantang apa kesaksian kalian dan apa solusi untuk melindungi mereka, kontak: tata.sugandhi@gmail.com

Tragedi kemanusiaan yang paling mengerikan adalah berdiam diri melihat penderitaan sesama.

Jumat, 10 Februari 2012

Suku Anak Dalam


 
Alih fungsi hutan di Jambi menjadi ancaman serius bagi kehidupan orang rimba atau biasa disebut Suku Anak Dalam. Alih fungsi lahan yang membabi buta menjadikan ruang kehidupan orang rimba di Jambi semakin sempit. Kondisi ini menyebabkan konflik humanistik.

Alih fungsi kawasan hutan baik oleh perorangan maupun perusahaan di Jambi sudah terjadi sejak dua dekade terakhir. Tercatat lebih dari 853.430 hektar kawasan hutan di Jambi beralih fungsi dan dikelola. Jumlah itu belum ditambah alih fungsi oleh masyarakat untuk dijadikan perkebunan seperti sawit dan karet. Selain menimbulkan degradasi hutan.

Orang rimba Jambi menempati beberapa daerah pedalaman kabupaten di Provinsi Jambi seperti Kabupaten Batanghari, Tebo, Sarolangun, sebagian Kabupaten Bungo dan Kerinci. Tencatat sedikitnya ada tiga kasus besar yang melibatkan orang rimba dan menyebabkan tiga orang rimba meninggal dunia dan selebihnya luka luka.

Proses hukum terhadap orang rimba juga menjadi kredit tersendiri. Mengingat, kasus kasus pembunuhan maupun pengeroyokkan kepada orang rimba proses hukumnya tidak jelas.

Suku Anak Dalam diperkirakan berjumlah populasi sekitar 200.000 orang. Menurut tradisi lisan suku Anak Dalam merupakan orang Maalau Sesat, yang lari ke hutan rimba di sekitar Air Hitam, Taman Nasional Bukit Duabelas. Mereka kemudian dinamakan Moyang Segayo. Tradisi lain menyebutkan mereka berasal dari Pagaruyung, yang mengungsi ke Jambi. Ini diperkuat kenyataan adat suku Anak Dalam punya kesamaan bahasa dan adat dengan suku Minangkabau, seperti sistem matrilineal.
Mayoritas menganut kepercayaan animisme.

Secara garis besar di Jambi mereka hidup di 3 wilayah ekologis yang berbeda, yaitu Orang Kubu yang di utara Provinsi Jambi (sekitaran Taman Nasional Bukit 30), Taman Nasional Bukit 12, dan wilayah selatan Provinsi Jambi (sepanjang jalan lintas Sumatra). Mereka, termasuk anak-anak hidup secara nomaden dan mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu, walaupun banyak dari mereka sekarang telah memiliki lahan karet dan pertanian lainnya.

Kehidupan mereka sangat mengenaskan seiring dengan hilangnya sumber daya hutan yang ada di Jambi dan Sumatra Selatan, dan proses-proses marginalisasi yang dilakukan oleh pemerintah dan suku bangsa dominan (Orang Melayu) yang ada di Jambi dan Sumatra Selatan. Bagaimana dengan akses pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak dari suku Anak Dalam?



== Egi Darmanto, Jl. Poros, Desa Bulian Baru.== Anak dari suku Anak Dalam di Jambi yang akan menyuarakan perlindungan hak anak di komunitas adat.