Kau telah mengubah semuanya
Kau telah melululantahkan semuanya
Kau telah memiahkan aku dengan mereka
Saat kau memuntahkan semua isi yang ada di dalam peerutmu itu,
Kau mampu memusnahkan semuanya
Pepohonan yang tadinya hijau
Kini berubah menjadi kering dan kelabu
Oh…
Betapa dasyatnya kemarahanmu
Yang mampu menyapu bersih semua yang ada disekelilingmu
Kau telah mengubah takdirku
Sakit,sakit dan sakit
Akan aku terima
Karena sesungguhnya lerengmu adalah tempat tinggalku
Aku berdoa agar kejadian itu adalah yang terakhir dalam hidupku
Inilah bait-bait puisi yang ditulis oleh Endah Fri Utami. Betapa ganasnya amarah
Gunung Merapi. semua yang ada terenggut dalam sesaat. Rumah yang dulu
syarat dengan kasih sayang dan nyaman, berubah dengan rumah dengan
dinding anyaman bambu di Huntara (Hunian Sementara).
Panggil
saja namanya dengan Endah. Salah satu anak dari Dusun Mbronggang Sleman
yang sekarang tinggal puing bangunan rumah. Awan panas telah menyapu
desanya membawa korban jiwa dari saudara dan tengganya awal tahun 2011
lalu.
Satu
kakak perempuan, satu kakak laki-lakinya serta ibunya telah tiada pada
saat itu. 24 anggota keluarga besarnya pun menjadi korban jiwa saat itu. Endah sendiri mengalami luka bakar yang sangat parah. 50%
tubuhnya tersapu panasnya awan panas. Sehingga ia harus menahan sakit selama 8 bulan di rumah sakit. Pendidikan pun belum dapat dijalani.
Sekarang
kebugaran Endah tengah pulih. Tetapi bekas luka bakar di tubuhnya masih
sangat kentara di kaki dan tangannya. Seluruh jari kakinya diamputasi
tidak tersisa. Panasnya suhu awan panas telah masuk, tidak hanya pada
lapisan kulit dalamnya. Sehingga banyak jaringan dagingnya yang harus
dibuang, menyebabkan kakinya mengecil dan sulit untuk melangkah.
Waktu telah berlalu lebih dari setahun sejak kejadian itu. Anak dari Huntara itu
kini tinggal hanya dengan Pak Sabar, bapaknya. Huntara telah sepi,
ditinggal para penghuninya. Banyak tetangga dan saudaranya memilih
kembali tinggal di tempat yang lama meski ancaman bahaya awan panas
Merapi terus membayangi setiap waktu.
Para relawan yang dulu selalu mendampingi kini tidak ada lagi. Mereka yang jumlahnya
ratusan kini tidak terlihat lagi. Pasca bencana memang tidak menjadikan
hal seperti ini menarik untuk terus didampingi. Hanya tersisa segelintir saja
yang mau terus berada diantara mereka.
Semoga saja, Endah mendapatkan semangat baru dan memandang sebuah keterbatasan
dari Tuhan ini tidak menghalangi terwujudnya mimpi-mimpinya, dan
memberi sebuah ketergugahan kita semua untuk terus berempati pada
mereka. Endah hanya satu dari puluhan anak dari Huntara yang menjadi
korban Merapi. Mereka masih perlu telinga kita untuk mendengar suara
mereka. Belum waktunya untuk kita tinggalkan meski Merapi tengah diam.
Apa yang disuarakan Endah sebagai anak yang tinggal di daerah rawan bencana?
== Endah Fri Utami, dusun Bronggang, kelurahan Argomulyo, kecamatan Cangkringan, kabupaten Sleman, provinsi DIY. Facebook: Endah Oke, email: esupiyem@yahoo.com.==